Dalam proses pemelajaran ada banyak metode yang dapat dijadikan sebagai alat untuk memotivasi semangat belajarnya. Dan, metode ini merupakan metode yang efektif di dalam pembangkitan kualitas hasil proses pembelajaran.
Sebagai seorang guru, maka perlu menguasai beberapa metode pening-katan kualitas ini jika menginginkan keberhasilan dalam proses pemelajaran yang dibimbingnya. Tanpa kemampuan penguasaan terhadap metode pening-katan kualitas ini, maka anak didik tidak dapat termotivasi untuk hal tersebut. Apalah artinya proses pemelajaran jika tidak ada motivasi untuk belajar?
Untuk itulah, maka seorang guru sangat penting menguasai beberapa metode peningkatan kualitas tersebut. Beberapa metode interaksi tersebut adalah:
a. Interaksi edukasi yang baik
Untuk dapat menyelenggarakan proses pemelajaran yang efektif, maka guru harus dapat menciptakan sebuah hubungan atau interaksi baik dengan siswanya. Dengan interaksi yang baik, maka proses pembimbing siswa untuk mengikuti dan selanjutnya menguasai materi pelajaran yang diberikan dapat maksimal.
Interaksi edukasi menjadi tuntutan utama bagi proses pemelajaran yang dibimbing oleh guru. Dengan interaksi edukasi ini, maka terjadi komunikasi dua arah antara guru sebagai fasilitator pemelajaran dan siswa se-bagai subyek belajarnya.
Keberhasilan proses pembelajaran pada dasarnya tergantung pada situasi yang tercipta atau diciptakan di atara pembelajar dan pelajar atau pedidik dan pendidiknya. Hal ini terkait dengan konsep dasar pembel-ajaran yang sangat membutuhkan sebuah kondisi yang kondusif. Dan, kondisi kondusif dapat tercipta jika diantara kedua pihak mempunyai persepsi yangs ama terhadap tujuan proses yang mereka jalani. Jika tidak, tentunya kondisi tersebut hanya kamuflase atas tujuan semu semata.
Tanpa interaksi edukasi yang baik, tentunya akan terjadi pereka-yasaan sikap terhadap proses yang mereka lakukan. Dan, jika telah terjadi perekayasaan tentunya hal tersebut sudah merupakan pratanda kondisi negatif.
Untuk mencapai keberhasilan di dalam proses pembelajaran, maka seorang guru harus mampu menerapkan metode interaksi edukasi yang sesuai dengan kondisi saat proses berlangsung. Dan, interaksi edukasi merupakan prasyarat agar tercipta sebuah komunikasi dua arah yang selanjutnya memberikan pengalaman belajar maksimal bagi anak didik.
Peningkatan kualitas hasil proses pembelajaran memang ter-gantung pada sikap para pelaku pembelajaran, pembelajar dan pelajar pada saat meng-ikuti proses pembelajarannya. Hal ini karena pada prinsipnya proses pembelajaran merupakan interaksi antar dua orang atu lebih untuk melakukan perubahan tersistematis pada satu sisi, yaitu anak didik. Jika tidak terjadi interaksi edukasi yang baik, tentunya proses pembelajaran tidak dapat berlangsung maksimal.
b. Interaksi antar personal
Di dalam proses pembelajaran terdapat dua aspek penting, yaitu guru dan anak didik. Kedua aspek ini memegang peranan penting di dalam upaya pencapaian tujuan, dimana masing-masing memposisikan diri sebagai pendidik dan pedidik. Pendidik adalah orang yang memberikan proses pendidikan dan pedidik adalah orang yang menerima atau men-jalani proses pendidikan.
Dengan memperhatikan konsep ini, maka setidaknya kita melihat adalah hubungan yang erat antara guru dan anak didik. Keduanya adalah dwi tunggal. Jika ada guru, maka pasti ada anak didik. Begitu juga sebaliknya. Apalah artinya seorang guru jika tidak ada anak didiknya. Apalah artinya proses pembelajaran anak didik jika tidak ada guru yang membimbing-nya.
Memang kita sering mendengar bahwa ada orang yang dapat belajar secara autodidak. Artinya mereka belajar sendiri. Tetapi, benarkah mereka belajar sendiri?
Jika kita telaah, maka setidaknya ada sosok yang menjadi pusat konsen-trasi saat mereka melakukan kegiatan belajar. Sosok fiktif ataupun sekedar sosok imej yang mereka konsentrasikan sebagai pusat pemikiran dan selanjutnya berharap mendapatkan petuah dari sosok imej tersebut.
Dalam dunia pewayangan kita mengetahui ada seorang yang ingin berguru pelajaran memanah, dan dia sangat berbakat dalam hal tersebut. Sang guru yang hendak digurui melihat kenyataan tersebut. Tetapi karena sang guru sudah terikat sumpah bahwa dia tidak bakal meng-angkat murid dari luar, maka sang calon murid tidak diterima. Tetapi, sang calon murid tidak kehabisan cara. Sang guru boleh menolak keinginannya menjadi murid, tetapi tekadnya sudah bulat untuk mempel-ajari teknik memanah sehingga menguasainya.
Maka sang calon murid tersebut berlatih sendiri di sebuah hutan. Dan, sebagai pelatihnya adalah patung yang dibuat mirip dengan sang guru. Setiap saat calon murid itu berlatih sambil diawasi oleh patung guru tersebut. Bahkan patung tersebut selalu disungkemi setiap menjelang latihan dan seusai latihan. Dan, pada akhirnya kemampuan anak ini setara dengan kemampuan anak yang mendapatkan pelajaran langsung dari sang guru.
Ini adalah kegiatan pembelajaran autodidak. Sang anak belajar sendiri segala materi pelajaran yang seharusnya dipelajari. Tetapi, kita melihat bahwa komunikasi, interaksi antar personal masih saja dibutuhkan. Anak tersebut masih membutuhkan kehadiran seorang guru dan berkomuni-kasi dengan sang guru pada saat melaksanakan proses pembelajaran. Hal ini membuktikan bahwa setiap proses pembelajaran membutuhkan se-buah interaksi antar personal.
Khususnya di dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah, maka interaksi antar personal, guru dan anakdidik sangatlah penting agar proses pengalihan atau transfer pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada anak didik benar- benar dapat terjadi. Dengan interaksi antar personal, maka terjadi sharing dan proses peralihan kemampuan. Bukan kah proses pembelajaran itu upaya memidahkan muatan yang lebih ke muatan yang kurang?
Seorang guru dapat dikatakan sebagai sisi yang bermuatan lebih sebab mempunyai kemampuan yang lebih daripada anak didiknya dan anak didik adalah sisi yang bermuatan kurang. Jika kita melakukan proses pembelajaran berarti kran penghubung antara sisi guru dan sisi anak didik harus dibuka sehingga terjadilah aliran pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap dari guru ke anak didik. Inilah yang kita maksudkan seba gai interaksi antar personal.
Peningkatan kualitas pembelajaran dapat kita capai jika interaksi antar personal tercipta secara baik dan kondusif. Guru dan anak didik harus mempunyai konsepyang sama terhadap aliran tersebut sehingga apa yang diharapkan dari proses pembelajaran benar-benar terwujudkan.
c. Interaksi intrapersonal
Bahwa peningkatan kualitas hasil proses pembelajaran pada dasarnya kembai pada visi dan misi dasar dari setiap orang yang menjalani proses pembelajaran.
Visi dan misi merupakan landasan terkuat bagi seseorang atau organisasi dalam upaya mencapai tujuan yang diprogramkan. Dengan visi dan misi ini, maka terlihat jelas hal yang harus dilakukan sehingga perjalanan dapat terarah, tidak terjadi pembiasan apalagi penyimpangan dari konsep dasar yang diharapkan dapat dicapai.
Oleh karena itulah, maka di dalam upaya mencapai peningkatan kualitas hasil pembelajaran, maka harus ada komunikasi intern, komunikasi terhadap diri masing-masing. Langkah ini adalah introspeksi terhadap segala yang akan dan telah dilakukan dalam upaya pencapaian tujuan. Introspeksi ini adalah bentuk interaksi yang paling dasar dari banyak interaksi dalam kehidupan.
Setiap saat kita harus berinteraksi dengan diri kita sendiri. Kita ber-komunikasi dengan diri kita tentang berbagai hal yang telah dan akan dilakukan.
Pada saat kita akan melakukan sesuatu, maka kita selalu bertanya pada diri kita tentang segala hal terkait dengan harapan kita. Kita bertanya pada diri kita tentang kemampuan kita melaksanakan kegiatan tersebut. Kita bertanya pada diri kita tentang isi positif dan negatifnya untuk diri kita jika kita melakukan kegiatan tersebut. Ini merupakan introspeksi prakerja, langkah antisipasi yang selalu dilakukan sebagai pertimbangan agar tidak mengalami hal negatif yang merugikan diri dan kehidupan di masa depan.
Selanjutnya, pada saat kita selesai melakukan kegiatan, maka kita bertanya pada diri kita tentang berbagai hal terkait dengan tingkat keberhasilan dan kegagalan dari kegiatan tersebut. Kemudian diputuskan langkah lanjut dari kegiatan tersebut. Jika berhasil, apa yang harus dilakukan dan selanjutnya jika gagal, maka apa yang dilakukan agar tidak terulang dan ditentukan langkah perbaikan dan seterusnya.
Di dalam proses pembelajaran, interaksi intrapersonal sangat penting terkait dengan kesiapan kondisi di dalam diri masing-masing pelaku pembelajaran, pembelajaran dan pelajar. Kedua aspek ini harus mampu melakukan interaksi intrapersonal sehingga tumbuh kesadaran di diri tentang hak kewajiban dan tugasnya di dalam proses pembelajaran.
Dengan meningkatkan interaksi intrapersonal, maka pendidik maupun pedidik menyadari bahwa di dalam proses pembelajaran, mereka mem-punyai tugas masing-masing dan adanya keterkaitan sehingga harus berinteraksi.
Berinteraksi intrapersonal artinya kita melakukan kuminikasi dengan diri kita sendiri terhadap segala hal, khususnya yang terkait dengan kegiatan pembelajaran kita. Ini merupakan introspeksi pada kondisi diri.
Jika kita berhasil melakukan interaksi intrapersonal, maka tentuanya diharapkan tumbuhnya kesadaran atas tujuan mengiuti proses pembel-ajaran.
Dengan melakukan interaksi intrapersonal, maka guru ataupun anak didik dapat mengetahui tingkat kemampuan dirinya terhadap aspek yang sedang mereka pelajari.
Kesadaran atas kemampuan, kompetensi diri inilah yang sebenarnya diharapkan dari proses interaksi intrapersonal ini. Jika setiap aspek mempunyai kesadaran atas kemampuannya, maka proses dapat berlangsung maksimal dan pada akhirnya mampu meningkatkan kualitas hasil proses pembelajaran.
Setiap proses dapat berjalan baik dan berhasil mencapai hasil maksimal jika para pelaku enyadari kompetensi yang dimilikinya sesuai dengan tujuan proses. kesadaran inilah yang sebenarnya dasar darikeberhasilan proses pembelajaran.
Sebagai pelaku pembelajaran, maka guru dan anak didik diharapkan melaksanakan tugas dan kewajibannya berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Dengan demikian, maksimalitas hasil roses didasari oleh kemampuan maksimal di masing-masing pihak, guru dan anak didik.
Interaksi atau hubungan timbal balik antara dua atu lebih aspek di dalam suatu kegiatan sangat penting di dalam segala hal. Dengan interaksi tersebut, maka tercipta komunikasi lateral yang sangat bermanfaat bagi kehidupan sesama.
Khususnya di dalam proses pendidikan dan pembelajaran, interaksi menjadi jembatan penghubung terciptanya komunikasi yang membawa pada peningkatan kualitas hasil proses pembelajaran.
Dunia pendidikan yang selama ini dianggap terpuruk, sudah waktunya untuk bangkit kembali. Dan, peningkatan tersebut merupakan implikasi dari proses pembelajaran yang berkualitas. Pembelajaran yang kita lakukan merupakan salah satu proses pendidikan secara keseluruhan mencoba untuk segera memperbaiki kondisi, kualitas pendidikan yang selama ini menjadi pekerjaan rumah dan belum selesai dikerjakan oleh kita semua.
Dan, kita sebagai pelaku pendidikan sudah sewajarnya menyamakan langkah, persepsi dan visi serta misi sehingga tekad untuk meningkatkan kuaitas hasil proses pembelajaran benar-benar suatu kenyataan. Langkah yang kita lakukan merupakan implementasi dari visi dan misi yang harus kita capai.
Dan, proses pembelajaran melibatkan banyak aspek dan pihak sehingga harus ada interaksi diantara semua aspek agar dapat mencapai tujuan yang sudah dicanangkan. Interaksi ini sangat penting mengingat kita adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang selalu bergantung pada yang lainnya.
Kita adalah makhluk yang selalu berhubungan dengan yang lainnya agar dapat hidup dengan nyaman dan tenang. Dengan kenyamanan dan ketenangan inilah, maka pelaku pembelajaran dapat melakukan proses pembelajaran dengan baik.
Dari penjelasan yang telah diuraikan di depan, maka setidaknya kita mulai menyadari bahwa agar proses pembelajaran dapat efektif dan berhasil maksimal, maka perlu dbina berbagai bentuk interaksi antara pelaku pembelajaran. Interaksi di dalam proses pembelajaran tidak hanya berlangsung saat proses pembelajaran, melainkan terjadi dalam segala waktu dan kondisi.
Setidaknya kita perlu menyadari bahwa hubungan antara guru dan anak didik didalam proses pembelajaran adalah suatu keniscayaan yang tidak dapat dipungkiri lagi. Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran harus diawali dengan kondisi interaksi yang baik dan mendukung proses pembelajaran itu sendiri.
Seorang guru harus mampu membimbing anak didiknya sehingga tercipta interaksi yang baik di dalam proses pembelajaran, baik antar personal, intra personal, maupun interaksi edukasinya.
Komunikasi guru –anak didik menjadi tolok ukur keberhasilan proses. Jika kita memang berkeinginan untuk meningkatkan kualitas hasil pem-belajaran kualitas komuikasi harus ditingkatkan secara signifikan. Selama ini yang menjadi masalah adalah buruknya kualitas komunikasi antara guru – anak didik, pribadi dengan dirinya sendiri dan komunikasi pada saat proses pembelajaran.
Proses pembelajaran terjadi karena adanya proses transfer dan proses transfer adalah bentuk dari komunikasi aktif yang menyebabkan adanya perpindahan kondisi sehingga kondisi seseorang mengalami perubahan positif seperti yang diharapkan.
Maka, untuk dapat melakukan perubahan terhadap hasil proses pembel-ajarannya, seorang guru harus mampu membangkitkan kondisi interaksi guru – anak didik, anak didik – anak didik di dalam kelas pembelajaran-nya.
d. Interaksi transpersonal
Interaksi transpersonal mengutamakan proses saling silang antar personal secara lebih luas. Dengan demikian setiap personal yang berada di dalam proses pembelajaran berpotensi untuk menciptakan suatu koneksi tanpa ada batasannya.
Di dalam proses pembelajaran, ada komunitas yang mempunyai visi dan misi yang sama, yaitu melakukan proses agar terjadi transfer and receive secara timbal balik. Guru memberikan bimbingan kepada anak didik dalam proses belajar dan anak didik menerima materi yang diberikan oleh guru. Take and give adalah konsep dasar yang menyebabkan terjadinya proses pembelajaran di kelas belajar. Tanpa adanya take and give, maka proses pembelajaran berubah menjadi sebagai doktrinasi konsep yang tentunya menyimpang dari konsep dasar pembelajaran.
Konsep take and give memungkinkan terjadinya interaksi mutualisme yang mampu meningkatkan kualitas hasil proses pembelajaran. Dengan take and give masing-amsing pelaku interaksi dapat mengembangkan diri dengan memberi dan menerima informasi yang ada.
Interaksi transpersonal secara bebas emberikan kemudahan bagi masing-masing pihak terhadap proses transfer kompetensi yang dimiliki. Kondisi ini diyakini dapat berpotensi sebagai penumbuh dan pengembang kompetensi yang sudah dimiliki masing-masing.
Bahwa kita tidak dapat hidup sendiri sebab sebagai makhluk social, maka eksistensi orang lain di dalam diri merupakan suatu keniscayaan. Kita tidak dapat eksis tanpa eksistensi orang lain. Kita hidup saling me-lengkapi. Nonsense, jika ada orang bilang dapat hidup sendiri. Tidak membutuhkan orang lain. Bagaimana mungkin dapat memenuhi ke-butuhan hidup secara keseluruhan. Sendirian?! Nonsens!
Terkait dengan proses pembelajaran, dua aspek utama, guru dan anak didik merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Mereka adalah team activity. Ada yang belajar, maka ada yang mengajar.
Sebagai team activity, maka eksistensi proses selalu terkait dengan interaksi transpersonal yang mutualisme. Anak didik menerima informasi yang bermutu dari guru dan memberikan pola situasi belajar yang bermutu pula. Bahwa sebenarnya kebermutuan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh pola belajar yang diterapkan oleh anak didik. Guru hanya memfasilitasi proses yang dilakukan oleh anak didik. Tetapi sebagai team activity, maka guru dituntut untuk dapat memfasilitasi proses pembelajaran secara utuh.
Jika kita ingin meningkatkan hasil proses pembelajaran yang kita laksana-kan, maka konsep interaksi transpersonal dengan mengutamakan proses take and give harus kita terapkan secara baik dan benar serta dikondisikan sebagai situasi pembelajaran yang terstruktur secara sistematis dan sistemik.
Untuk mencapai kondisi tersebut, maka perlu adanya keseragaman, kesamaan langkah pada pengelolaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Begitulah pentingnya interaksi edukasi dalam bentuk take and give dalam proses transformasi kemampuan untuk mencapai keberhasilan dalam pencapaian tujuan belajar. Oleh karena itulah, maka guru dan anak didik harus memahami dan menerapkannya dengan sebaik-baiknya.
Anak didik mengambil (take) dan guru memberi (give) sehingga peng-aliran kompetensi benar-benar dapat dicapai. Begitulah sesungguhnya yang hendak kita inginkan pada proses pembelajaran.
Dan, interaksi di dalam proses pmerupakan langkah konkrit yang seharusnya dilakukan oleh guru dan anak didik agar tercapai efektivitas maksimal.
Proses pembelajaran tidak akan berhasil jika tidak ada interaksi efektif di dalam proses pembelajaran. Oleh karena itulah, maka kita harus mengkondisikan proses pembelajaran dengan menciptakan interaksi efektif di kelas pembelajaran.
Di dalam proses pembelajaran kita memang dituntut untuk dapat mewujudkan keberhasilan maksimal. Hal ini terkait dengan posisi guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran sehingga untuk hal tersebut seorang guru harus dapat melakukan proses secara efektif.
Dan, salah satu langkah konkrit untuk mencapai kondisi tersebut adalah dengan menciptakan suatu komunikasi efektif di dalam proses belajar. Komunikasi efektif yang kita maksudkan disini dapat tercipta maksimal jika kondisi interaksi pembelajaran dapat terkondisikan secara baik.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Menurut saya memang benar di dalam suatu proses pembelajaran diperlukan interaksi kepada anak didiknya. Karena apa?,terkadang ada guru yang hanya menjelaskan materi yang mau diajarkannya dan langsung memberi tugas kepada siswa ,padahal kerap kali saya temui ada beberapa siswa yang tidak mengerti apa yang di maksud oleh materi yang diberikan oleh guru tersebut,setelah guru itu memberikan penjelaasan. Dengan demikian menurut saya itu merupakan hal yang sia-sia saja,karena ada satu hal saja yang tidak dipahami siswa maka hal tersebut akan mengakibatkan siswa tidak akan mengerti materi yang selanjutnya akan diajarkan oleh guru mereka selanjutnya.Sebab menurut saya materi yang diajarkan sekarang pasti berhubungan dengan materi yang akan diajarkan lusa hari.
Interaksi di dalam segala hal memang sangat perlu agar tidka terjadi salah pengertian dan sebangsanya. khsuusnya di dalam proses pembelajaran, interaksi antara guru dan anak didik sangatlah penting sebab kondisi anak didik yang beragam, kemampuan anak didik yang beragam. jika guru hanya terfokus pada kegiatannya sendiri, maka bakal terjadi blank pada anak didiknya. bagi yang pintar mungkin no problem, tapi bagi yang kurang pintar? walahu alam deh!
untuk itu, antara guru dan anak didik harus selalu berinteraksi, tidak hanya guru yang aktif melainkan anak didik juga harus. jika anak didik merasa tidak mengerti materi pelajaran, maka seharusnya mereka mengatakannya pada guru sehingga gurunya mengerti bahwa ada anak didiknya yan belum mengerti, begitulah seharusnya
Posting Komentar