Rabu, 30 Juli 2008

Guru Sarjana tanpa kompetensi normatif? Primitif!!

Pendidikan secara keseluruhan di negeri ini sedang diusahakan untuk dapatmencapai tingkat kualitas tertinggi, setidaknya untuk ukuran orang Indonesia. Hal ini mengandung arti bahwa semua elemen terkait dengan pendidikan harus memeprsiapkan diri sebaik-baiknya.
Salah satu hal yang perlu dipersiapkan adalah tingkat pengetahuan, keterampilan terkait bidang pendidikan yang selama ini ditengarai menjadi salah satu penghalang peningkatan kualitas pendidikan di negeri ini.
Tetapi, selama ini yang menjadi kendala juga adalah pola menjaga hati dan diri yang ternyata masih belum dapat maksimal dari para guru, terutama yang merasa pendidikannya sudah tinggi, ternyata pola kehidupannya tidak berbeda dengan anak-anak yang masih mencari jati dirinya!
Beberapa orang bahkan jelas-jelas begitu narsisnya ingin menonjolkan dirinya sebagai orang-orang intelek padahal pada kenyataannya sama sekali tidak menunjukkan keintelektualitasnya, Justru menunjukkan secara jelas sebagai orang-orang yang tidak terkontrol nafsunya sebagai manusia tak berpendidikan!
Apakah seperti ini yang diharapkan?
Pendidikan memang diarahkan mencapai peningkatan kualitas dengan memberikan batasan bagi guru minimal sarjana (S-1) bahkan sejak gru TK sudah harus S-1. Tetapi, hal tersbeut sama sekali tidak dibarengi dengan persyaratan kometensi normatif yang bagus, sehingga banyak guru yang pongah dan sama sekali tidak mencerminkan sebagai pendidik.
BAgaimana jika hal seperti ini terjadi?
Apakah benar efektivitas persyaratan guru strata 1 atau Sarjana itu?

Tidak ada komentar: